TOPNUSANTARA.com – Polsek Sunggal masih melakukan pengejaran terhadap Rahmat. Pria berusia 32 tahun itu diburu atas tindakan biadabnya yang diduga tega membunuh bocah 11 tahun berinisial SRB yang tak lain adalah keponakannya sendiri.
“Sejauh ini kita masih jalan sendiri untuk mencari pelaku,” ujar Kapolsek Sunggal Kompol Chandra Yudha Pranata ketika dikonfirmasi via telepon, Rabu (10/8/22).
Chandra mengatakan, anggotanya di lapangan telah mendapat informasi keberadaan pelaku. Namun karena luasnya wilayah Kutalimbaru yang diduga dijadikan tempat pelarian pelaku membuat anggota bekerja lebih ekstra.
“Wilayah Kutalimbaru itu kan luas, mohon waktu dan doa agar pelaku dapat segera diamankan,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, informasi dari sejumlah saksi yang dimintai keterangan setelah kejadian, diketahui pelaku memiliki penyakit gangguan jiwa. “Ada gangguan jiwa, pernah dirawat di sana (RSJ),” terangnya.
Disinggung mengenai pengakuan kakak korban yang mengatakan jika pelaku pernah mengancam untuk menghabisi nyawa mereka satu per satu sebelum pembunuhan itu terjadi, Chandra memohon waktu.
“Kalau masalah dendam dan ancaman itu akan diketahui setelah pelaku ditangkap. Seperti apa nanti pengakuannya di hadapan penyidik,” tutupnya.
Sebelumnya, diduga seorang paman bernama Rahmat (32) membunuh keponakannya sendiri berinisial SRB (10). Peristiwa itu terjadi saat korban sedang mengikuti proses belajar mengajar di sekolahnya di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (9/8/22) pagi.
Bocah malang yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas IV di Sekolah Yayasan Baiti Jannati itu tewas dengan luka tikam di bagian dada sebelah kiri.
Kejadian berawal saat korban sedang belajar bersama teman-temannya sekitar pukul 07.30 WIB. Tiba-tiba Rahmat menerobos masuk dan mendatangi SRB, kemudian langsung menikamnya menggunakan pisau. Korban sempat dibawa ke rumah sakit terdekat, namun nyawa bocah itu tidak tertolong lagi dan dinyatakan meninggal dunia.
Kakak korban bernama Nadya (24) mengatakan, saat itu dia mengantar adiknya ke sekolah menggunakan sepeda motor. Nadya mengaku tidak ada firasat apa-apa, seperti biasanya dia mengantarkan adiknya ke sekolah.
Namun 30 menit kemudian ketika Nadya beranjak dari sekolah adiknya, dia ditelepon pihak yayasan bahwa adiknya ditikam dan telah dilarikan ke klinik terdekat.
Nadya pun mengingat, jika dua pekan belakangan ini mereka selalu mendapat ancaman dari pelaku, yang akan membunuh mereka satu per satu. Namun, ia enggan membeberkan permasalahan apa yang terjadi antara Rahmat dengan keluarga korban. (r)
No Responses